Minggu, 28 Oktober 2012

Evaluasi Lingkungan Kerja

salah satu perusahaan laundry di jakarta.
perusahaan yang bergerak di bidang jasa laundry dan dry clean yang berada di Jakarta berdiri sejak Juni 2006, yang melayani konsumen dapat menyelesaikan pakaian mereka hanya dalam satu hari, juga menerima "press only". dan juga dapat mencuci beberapa house hold seperti sprei/bed cover, boneka, tas, koper, dan lainnya.


SWOT
Strength: 
  • mempunyai lebih dari 25 outlet/cabang di Jakarta
  • harga service yang terjangkau sesuai dengan hasil yang di berikan
  • tenaga karyawan usia muda 18-30 tahun
  • peralatan kerja yang canggih
  • lokasi outlet strategis
Weakness:
  • harga yang masih di pertimbangkan oleh konsumen
  • minat masyarakat yg masih sedikit
  • kurangnya ketelitian kerja karyawan
  • kesalahan proses pada item milik konsumen sehingga terjadi komplain
  • harga bersaing dengan perusahaan lain
Opportunity:
  • memberikan promo menarik pada konsumen
  • memberikan discount khusus
  • melayani "return order" apabila konsumen kurang puas dengan hasil yang di berikan
  • kerja sama dengan perusahaan lain
  • jasa service sistem satu hari selesai
Threat:
  • berdirinya perusahaan lain yang letaknya bersebelahan
  • harga yang ditawarkan perusahaan lain lebih murah
  • ketertarikan konsumen pada pelayanan perusahaan lain
  • hasil yang kurang maksimal membuat konsumen beralih ke perusahaan lain
  • item/pakaian konsumen yang terlalu beresiko
Oleh:  Chandra wibowo M, Dimas Aditya, Risky Akbar

Kamis, 04 Oktober 2012

Tugas Pengantar Manajemen



JAKARTA KEBANJIRAN!!! TAPI DAPAT DIATASI...

Banjir merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat perkotaan, seperti di Jakarta. Pada prinsipnya, air harus bisa dialirkan ke sungai kemudian menuju ke laut atau menyerap kembali ke dalam tanah. Air yang terdapat di permukaan berasal dari air hujan, limbah rumah tangga dan pabrik. Banjir sangat merugikan masyarakat, karena menimbulkan wabah penyakit, kemacetan bertambah, sampah-sampah dan lumpur yang berasal di sungai berserakan di jalan, di pedesaan, banjir dapat menyebabkan lahan pertanian terendam dan akhirnya mengalami gagal panen atau puso. Fenomena banjir yang terjadi, seolah-olah kita tidak mau belajar dari pengalaman kita, dimana ada suatu negara yang sering mengalami banjir rob, karena sebagian daratan Negara tersebut berada di bawah permukaan laut, negara tersebut dapat membendung banjir rob dengan dam. Apakah kualitas sumber daya manusia kita kurang potensial?
Beberapa hal yang menyebabkan banjir terjadi, sebagian besar, karena kesalahan manusia dan sistem pengaturan tata kota dan banjir kiriman dari daerah dengan permukaan yang lebih tinggi. Sebagai contoh banyaknya masyarakat yang kurang sadar diri dengan membuang sampah di sungai, selain itu munculnya daerah slum (kumuh) di bantaran sungai, kedua hal tersebut menyebabkan menurunnya jumlah debit air yang dapat tertampung karena air terhambat oleh sampah dan daya tampung menurun karena sungai semakin kecil.
Cara yang selama ini dilakukan pemerintah kota, belum cukup efektif, bahkan hanya menyebabkan pemborosan APBN tanpa hasil yang memuaskan, karena pemeliharaannya tidak dilakukan secara berkelanjutan, bahkan mungkin hanya pada saat musim penghujan saja. Dalam menanggulangi banjir, dibutuhkan peran serta baik pemerintah kota maupun masyarakat. Pemerintah kota seharusnya secara rutin memberikan penyuluhan tentang banjir, dari sebab terjadinya banjir, akibat banjir, dan cara penanggulangan banjir. Beberapa cara penanggulangan banjir antara lain, dengan menimbulakan kembali budaya gotong royong pada masyarakat, sehingga penyempitan sungai yang disebabkan oleh sampah atau lumpur dapat teratasi, selain itu masyarakat harus di sosialisasikan cara minimasi sampah dengan cara Reuse, Reduce dan Recycle. Dengan kedua cara diatas, menurut kami cukup efisien dalam mencegah lumpur dan sampah masuk ke sungai.
Cara penanggulangan banjir yang selama ini melanda kota besar seperti Jakarta, seharusnya peranan warga itu sendiri paling besar untuk mengatasi masalah ini dengan secara bersama menjaga saluran air agar tidak terpenuhi oleh sampah. Pemerintah pun juga harus memperbaiki tata kota pada sistem pengaliran air sungai yang telah dangkal akibat dari pengendapan lumpur dan sampah yang ada di dasar sungai dengan melakukan pengerukan dasar sungai secara berkelanjutan. Serta memberikan penertiban pada warga yang menempati bantaran sungai, sehingga aliran sungai dapat dengan lancar mengalir dan tidak adanya lagi pembuangan sampah secara langsung ke sungai.

Oleh Dimas Aditya, Candra Wibowo dan Risky Akbar

Eine Kurzgeschichte von mir und Rizka

Das Blatt, der Wind und der Baum
von Dimas Aditya und Nurrizka Sari
Dieser Morgen war schön. Ich ging allein in die Schule, und stellte mir vor, was es passieren wurde. Ja, ich wurde eine Entscheidung treffen, in der es um mich und ihn ging. Eigentlich wusste ich nicht, was es nach meiner Entscheidung passieren wurde.
Die Schulglocke klang. Alle Schuler fühlten sich glücklich, aber das betraf mich nicht. Meine Freunden gingen hinaus. In der Klasse blieb ich allein sitzen, und mein Geist drehte sich noch um ihn. Ich fühlte meine Füβe, schwierig zu treten. Als ich von der Klasse hinaus ging, bedeutete es, dass ich mich der Entscheidung näherte. Ehrlich war ich nicht bereit, aber ich musste die Entscheidung so bald wie möglich machen.
Er war ein netter Junge, und hatte viele Freunden. Ich konnte auch sagen, dass er sehr freundlich war. Dreimal pro Woche spielte er Federball. Ich begleitete ihn im Sportplatz, und sah ihn sehr glücklich beim Spielen. Eigentlich gefiel mir Federball nicht, aber ich war immer für ihn da. Ich dachte, wenn er Federball spielte, sah er so frei aus. Er war ganz anders, wenn er im Sport und in der Wirklichkeit war. In der Wirklichkeit war er ein introvertierter Junge. Er hatte Schwierigkeit, um sein Gefühl zu erklären. Obwohl ich seine Freundin war, konnte er mir sein Gefühl nicht deutlich zeigen. Manchmal war ich der Meinung, dass er mich nicht liebte.
Jetzt wartete ich auf ihn. Ich saβ auf einer Bank in einem Park. Der Wind streichelte mein Gesicht sanft. Aus der Ferne sah ich er kommen. Üblich sah er gelassen und warm aus.
,,Hallo,” sagte er.
Ich sagte nichts. Ich wusste nicht, was ich sagen sollte.
,,Wir plaudern hier, oder?” fragte er lauter.
,,Ja, wir können hier plaudern.” antwortete ich.
,,Warum müssen wir in diesem Platz plaudern?” fragte er noch einmal.
,,Ich weiβ nicht, aber ich fühle mich bequem hier.” antwortete ich mit leiser Stimme.
,,Ach so... Was möchtest du jetzt erklären?”setzte er fort.
,,Wir sollen Schluss machen.” sagte ich direkt.
,,Na ja... aber... Sind wir noch Freunde?” fragte er zweifelhaft.
,,Natürlich! Du bist noch ein Freund von mir.” lächelte ich traurig.
Er blieb stumm. Er holte Atem. In diesem Moment gab es nur die Stimme des Windes. Ich konnte etwas nicht beginnen. Zeit verging sehr langsam. Ich wünschte, dass dieser Zustand schnell endete. Er gefiel mir sehr traurig, wenn ich weinen wurde, konnte ich es direkt nicht tun.
,,Ich habe nur eine Frage. Warum machst du diese Entscheidung?” plötzlich fragte er in der Mitte dieser Stille.
,,Ich finde, dass unser Liebesverhältnis geendet werden muss. Ich bin so müde mit dieser Beziehung. Ich bin sehr müde auch mit deinen Schritten.” erzählte ich ihm mehr.
Er zeigte nur sein kleines Lächeln. Ohne Worte neigte er deinen Kopf.
Immer wieder zeigte er nicht mir sein Gefühl. Das machte mir unzufrieden, weil ich sein echtes Gefühl nicht wissen konnte. Er war ein Experte, sich sein Gefühl zu verstecken, obwohl er an dieser Entscheidung litt. Immer fragte ich mich, warum er mir direkt sein Gefühl nicht zeigen konnte. Ich war nur eine normale Person, die die Sicherheit des meinen Freunds über sein Gefühl brauchte. Ich wusste es genau, wie sein impliziter geheimnisvoller Charackter war. Konnte er nicht meinen Gedanken lesen? Bis jetzt liebte ich noch. Aber...aber...aber.... Ah, er machte mich verrückt mit seinem Verhalten.
...................................................................................................................................................
Seit dem Treffen trafen wir nicht wieder. Ich wusste nicht über ihn, und hatte keinen Mut, um über seine Nachricht zu fragen. Oft fühlte ich mich schuldig wegen meiner dummen Entscheidung, aber ich konnte nichts tun. Alles passierte schon.
...................................................................................................................................................
Eines Tages bekam ich ein SMS von ihm. Es überraschte mich. Wenn ich es las, erschreckte ich so.
,,Das Blatt geht, weil der Wind weht, oder der Baum bittet nicht um das Blatt, zu bleiben.” schrieb er in seinem SMS.
Ich sagte nichts. Ich konnte nur mein Handy mit leerem Blick ansehen.


*Wir widmen diese Geschichte für unsere “Jemande” und “Jemanden”